Thursday, July 2, 2015

KEMISKINAN YANG BERUJUNG PADA KANIBALISME


PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang masalah
Kanibalisme merupakan sebuah fenomena di mana satu makhluk hidup makan makhluk sejenis lainnya. Misalkan anjing yang memakan anjing atau manusia yang memakan manusia. Kadang-kadang fenomena ini disebut anthropophagus (Bahasa Yunani anthrôpos, “manusia” dan phagein, "makan"). Secara etimologis kata “kanibal” merupakan kata pungutan dari Bahasa Belanda yang pada gilirannya memungut dari Bahasa Spanyol; “canibal” yang berarti orang dari Karibia. Di daerah ini oleh penjelajah ditemukan fenomena ini.
Selain di Karibia, di Amerika hal ini pada zaman dahulu kala banyak terjadi pula, misalnya di antara suku Anasazi, Bangsa Maya dan Aztek. Selain itu di Asia-Pasifik, kanibalisme juga pernah ditemukan. Antara lain di antara suku Batak di Sumatera Utara, suku Dayak di Kalimantan, suku Asmat di Papua, beberapa suku lainnya di Papua Barat maupun Timur, Fiji dan daerah Melanesia lainnya. Di Papua Nugini di antara suku Fore, kanibalisme menimbulkan penyakit kuru.
Kasus-kasus di atas ini merupakan kasus insidentil dengan kata lain, fenomena ini muncul karena mereka yang terlibat kanibalisme kehabisan bahan makanan. Lain halnya dengan kematian putra jutawan Rockefeller di Irian Barat atau Papua pada tahun 1965 di antara suku Asmat dan kasus-kasus kelainan jiwa di seantero dunia yang dibahas di bawah ini.
Ada beberapa petunjuk bahwa kanibalisme secara ritual juga pernah muncul di pulau Jawa, Bali dan Sulawesi. Jadi secara praktis hampir di seluruh Indonesia.
Pada zaman modern, kanibalisme secara insidentil pernah muncul di Amerika Serikat, pada kasus Ekspedisi Donner, Ukraina pada tahun 1930-an, di Leningrad pada Perang Dunia II dan di Andes ketika ada kecelakaan pesawat terbang pada tahun 1972. Kasus terakhir ini pernah dibuatkan film Alive pada tahun 1992..
Di zaman modern, kanibalisme secara insidentil pernah muncul di Amerika Serikat, pada kasus Ekspedisi Donner, Ukraina pada tahun 1930-an, di Leningrad pada Perang Dunia II & di Andes ketika ada kecelakaan pesawat terbang pada tahun 1972. Kasus terakhir ini pernah dibuatkan film Alive pada tahun 1992.
Mungkin kita semua pernah mendengar berita tentang seseorang yang memakan daging manusia atau biasa kita sebut sebagai kanibal, salah satu yang pernah terjadi adalah kasus Sumanto




1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang tersebut di atas, maka yang menjadi pokok permasalahannya adalah, Mengapa kasus kanibalisme bisa terjadi di salah satu daerah di Indonesia dan bagaimana cara menganalisis kasus kanibalisme tersebut?

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini adalah :
1.      Agar pembaca dapat memahami apa itu Kanibalisme
2.      Agar pembaca dapat lebih peka dan berhati-hati dalam pergaulan dan lingkungannya.

Landasan teori

Pertama, Disfungsi Psikologis dalam aspek Kognitif, Afektif dan Psikomotor. Menurut saya, Sumanto mengalami disfungsi psikologis pada ketiga aspek tersebut. Aspek Kognisi, jika dilihat dari sejarah hidupnya, Sumanto adalah pria yang tidak memiliki pekerjaan meskipun ia berada di dalam himpitan ekonomi, ia tidak berusaha untuk memiliki pekerjaan ataupun setidaknya untuk memperbaiki taraf hidupnya menjadi lebih baik lagi. itu membuktikan bahwa Sumanto tidak mampu menjalankan peran/fungsinya dalam kehidupan pada aspek kognitif.

Aspek Afektif yaitu terlihat dalam kehidupan sosial Sumanto yang cenderung tertutup dan jarang mengikuti kegiatan kemasyarakatan. Selain itu himpitan ekonomi yang mendera Sumanto membuatnya merasa frustasi dan tidak dapat mengontrol frustasinya tersebut sehingga ia nekat mengikuti saran dari gurunya untuk mempelajari ilmu pesugihan dengan cara memakan mayat tersebut untuk mendapatkan kekayaan secara singkat. Fakta-fakta tersebut membuktikan bahwa Sumanto tidak dapat menjalankan peran/fungsinya dalam kehidupan pada aspek afektif.

Aspek psikomotor. Sumanto adalah orang yang terkesan tertutup dan jarang mengikuti kegiatan kemasyarakatan. Fakta tersebut dapat menggambarkan kehidupan Sumanto yang jarang bersosialisasi dengan tetangga atau masyarakat sekitarnya. Ia lebih senang menutup dirinya dan berguru kepada Taslim guru spiritualnya. Dan juga disfungsi psikologis psikomotor terjadi pada saat sumanto dengan sadar menggali, mencuri dan memakan mayat seorang nenek di desanya untuk mendapatkan ilmu pesugihan. Hal tersebut membuktikan bahwa Sumanto tidak dapat menjalankan peran dan fungsinya dalam kehidupan pada aspek sikomotor/konatif.

Yang kedua adalah Distres, yang menunjukkan keadaan merusak dirinya.
Distres yang dialami Sumanto adalah ia dengan sadar dan tanpa beban moral melakukan penyimpangan yaitu dengan kasus kanibalnya. Secara psikologis ia membiarkan dirinya dipengaruhi oleh guru spiritualnya dan terjerumus ke dalam ilmu hitam yang akan merusak moral di dalam dirinya dan masa depannya. Di dalam hukum di Indonesia perbuatan pencurian mayat tersebut jelasnya dilarang sehingga Sumanto akhirnya mendapat hukuman 5 tahun penjara.

Yang ketiga adalah respon Atipikal.
Sudah jelas bahwa Sumanto telah melakukan reaksi atau perbuatan yang sama sekali tidak sesuai dengan keadaan sosiokultural yang berlaku di desanya. Perbuatannya tersebut juga dinilai sama sekali tidak mengindahkan norma agama dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat sehingga telah membuat resah masyarakat khususnya desa Majatengah kecamatan Kemangkon, Purbalinga, Jawa Tengah.

Jadi, kesimpulan yang di dapat dari kasus ini adalah Sumanto termasuk dalam kategori abnormal karena telah memenuhi seluruh syarat seseorang dapat dikatakan memiliki gangguan abnormalitas. 
Sumanto, begitulah laki-laki berumur 31 tahun lalu itu dinamakan. Orang tuanya, Mulya Wikarta (67 tahun) dan Samen (60), tak pernah ‘bermimpi’ anaknya akan tumbuh menjadi seorang kanibal - yang memakan tubuh tetangganya sendiri. Namun, pada Selasa (14/1) malam lalu, Wikarta justru dikejutkan dengan ‘mimpi buruk’, ketika polisi membekuk Sumanto sebagai pencuri mayat wanita tua, dan dinyatakan memakan daging mayat tersebut. Celakanya lagi, karena tidak tahu sang ayah juga ikut makan bersama anaknya, setelah potongan daging Mbah Rinah dibakar oleh Sumanto. .
Perburuan Sumanto terhadap mayat Mbah Rinah dimulai sejak Sabtu (11/1) pukul 19 00 WIB. Saat itu ia mulai menggali kuburan Mbah Rinah yang telah diamatinya sejak sore. Kain kafan pembungkus mayat Mbah Rinah yang dimakamkan Sabtu siang itu, baru berhasil ia sentuh pada Minggu pukul dua dini hari. Hal itu dikarenakan pembongkaran kuburan ia lakukan dengan tangan kosong tanpa menggunakan alat bantu. Setelah mayat Mbah Rinah dikeluarkan dari liang kubur, kain kafan yang membalutnya dilucuti dan ditinggalkan begitu saja. Mayat kemudian dimasukkan ke dalam karung plastik lalu diangkut dengan sepeda onthel menuju rumahnya yang berjarak sekitar 1,7 km.
Sesampainya di rumah, Sumanto memotong alat vital Mbah Rinah dan membungkusnya dengan kain merah. Saat ia ditangkap Polisi menemukan bungkusan kain merah itu di saku bajunya. Selanjutnya, ia memotong-motong mayat seperti orang memotong daging ayam. Lantas dipotong-potong sebagian dibakar, dimasak dengan kuali dan sebagian dimakan mentah-mentah.
Tak hanya itu, ternyata ini bukan pertama kalinya Sumanto ‘menikmati’ daging manusia. Sumanto mengaku bahwa sebelumnya ia telah memakan tiga tubuh manusia selain Mbah Rinah. Korban pertama yang ia makan adalah seorang perampok yang semula akan membegalnya. Perampok itu sempat duel dengan Sumanto. Ia berhasil membunuhnya dan kemudian memakan daging tubuhnya mentah-mentah. Peristiwa kedua adalah korban kecelakaan kereta api. Ketika dia berjalan di pinggir rel di sekitar daerah Rajabasah, ia menemukan potongan kaki manusia. Seketika itu ia makan mentah-mentah. Kemudian kejadian ketiga adalah seorang begal yang juga berhasil ia bunuh. Begal itu kemudian dimakan Sumanto bersama temannya yang ia lupa namanya. Korban ketiga ini, kemudian ia ambil penisnya dan dijadikan kalung.

TEORI
Mari kita mulai menganalisis apakah yang terjadi pada Sumanto?
Pertama, Disfungsi Psikologis dalam aspek Kognitif, Afektif dan Psikomotor. Menurut saya, Sumanto mengalami disfungsi psikologis pada ketiga aspek tersebut. Aspek Kognisi, jika dilihat dari sejarah hidupnya, Sumanto adalah pria yang tidak memiliki pekerjaan meskipun ia berada di dalam himpitan ekonomi, ia tidak berusaha untuk memiliki pekerjaan ataupun setidaknya untuk memperbaiki taraf hidupnya menjadi lebih baik lagi. itu membuktikan bahwa Sumanto tidak mampu menjalankan peran/fungsinya dalam kehidupan pada aspek kognitif.

Aspek Afektif yaitu terlihat dalam kehidupan sosial Sumanto yang cenderung tertutup dan jarang mengikuti kegiatan kemasyarakatan. Selain itu himpitan ekonomi yang mendera Sumanto membuatnya merasa frustasi dan tidak dapat mengontrol frustasinya tersebut sehingga ia nekat mengikuti saran dari gurunya untuk mempelajari ilmu pesugihan dengan cara memakan mayat tersebut untuk mendapatkan kekayaan secara singkat. Fakta-fakta tersebut membuktikan bahwa Sumanto tidak dapat menjalankan peran/fungsinya dalam kehidupan pada aspek afektif.

Aspek psikomotor. Sumanto adalah orang yang terkesan tertutup dan jarang mengikuti kegiatan kemasyarakatan. Fakta tersebut dapat menggambarkan kehidupan Sumanto yang jarang bersosialisasi dengan tetangga atau masyarakat sekitarnya. Ia lebih senang menutup dirinya dan berguru kepada Taslim guru spiritualnya. Dan juga disfungsi psikologis psikomotor terjadi pada saat sumanto dengan sadar menggali, mencuri dan memakan mayat seorang nenek di desanya untuk mendapatkan ilmu pesugihan. Hal tersebut membuktikan bahwa Sumanto tidak dapat menjalankan peran dan fungsinya dalam kehidupan pada aspek sikomotor/konatif.

Yang kedua adalah Distres, yang menunjukkan keadaan merusak dirinya.
Distres yang dialami Sumanto adalah ia dengan sadar dan tanpa beban moral melakukan penyimpangan yaitu dengan kasus kanibalnya. Secara psikologis ia membiarkan dirinya dipengaruhi oleh guru spiritualnya dan terjerumus ke dalam ilmu hitam yang akan merusak moral di dalam dirinya dan masa depannya. Di dalam hukum di Indonesia perbuatan pencurian mayat tersebut jelasnya dilarang sehingga Sumanto akhirnya mendapat hukuman 5 tahun penjara.

Yang ketiga adalah respon Atipikal.
Sudah jelas bahwa Sumanto telah melakukan reaksi atau perbuatan yang sama sekali tidak sesuai dengan keadaan sosiokultural yang berlaku di desanya. Perbuatannya tersebut juga dinilai sama sekali tidak mengindahkan norma agama dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat sehingga telah membuat resah masyarakat khususnya desa Majatengah kecamatan Kemangkon, Purbalinga, Jawa Tengah.

Jadi,kesimpulan yang di dapat dari kasus ini adalah Sumanto termasuk dalam kategori abnormal karena telah memenuhi seluruh syarat seseorang dapat dikatakan memiliki gangguan abnormalitas.

Perilaku miring Sumanto diduga berawal dari pengalaman Sumanto selama merantau ke Lampung. Saat di Lampung itu Sumanto bertemu dengan searang guru spiritual yang bernama Taslim. Taslim mengajarkan bahwa memakan mayat manusia dapat memberikannya kesaktian dan kekayaan. Kata Purnomo, waktu ia berada di Lampung terjadi perubahan perilaku yang cukup signifikan. "Artinya, pengalaman-pengalaman itu telah membuat Sumanto seperti telah menemukan dunianya yang baru. Dia tidak lagi memperhatikan asas norma kelaziman seperti makan daging mentah bahkan daging manusia. Ini kan tidak lazim, tapi Sumanto dengan sadar melakukannya," kata Purnomo.
Description: D:\Data\KAMPUS\Semester 4\Psikologi Sosial 2\KDRT\images2.jpg  Description: D:\Data\KAMPUS\Semester 4\Psikologi Sosial 2\KDRT\imagesSu.jpg 
Entah apa yang Sumanto rasakan ketika ia mengunyah daging korban-korbannya. Namun, paling sedikit, empat tubuh telah dilahapnya. Dalam rapat desa, warga Desa Plumutan telah sepakat untuk mengusir si kanibal dari desa. Tak hanya itu, mereka menuntut aparat untuk menghukum Sumanto dengan hukuman seberat-beratnya. Paling tidak, saat ini warga desa dapat kembali tidur dengan tenang.
Peristiwa tersebut mulai terkuak ketika berita hilangnya mayat seorang nenek berusia 81 tahun yang belum sampai 24 jam dikubur di kuburan Desa Mojotengah, Kemangkon, Purbalingga, Jawa Tengah. Warga setempat geger karena kuburan Mbah Rinah sudah acak-acakan. Mereka lebih dibuat geger lagi ternyata mayat Mbah Rinah sudah raib. Berita tersebut segera menyebar sampai ke desa tetangga. Malahan ada yang membumbuinya dengan hal-hal yang berbau mistis sehingga membuat warga desa ‘terteror.’ Kaum perempuan tak berani tidur sendirian, para lelaki melakukan ronda sampai pagi. Ketegangan baru berakhir saat polisi membekuk Sumanto di rumahnya sekitar lima kilo meter dari makam Mbah Rinah. Sumanto rupanya teledor. Ia tak memperhitungkan ‘sisa’ mayat yang ia tanam di depan rumahnya bakal menyebarkan bau busuk. Warga yang mencium aroma tak sedap curiga, lalu melapor ke polisi.
Sumanto tak berkutik karena polisi menemukan potongan tubuh dan tulang-tulang Mbah Rinah di rumahnya. Selain itu Polisi juga mendapati tengkorak manusia, dua alat vital laki - laki dalam botol. Kepada Polisi Sumanto mengaku dirinya sedang memperdalam ilmu di bawah bimbingan seorang ‘guru.’ Dengan memakan mayat badannya akan menjadi kebal, tak terluka oleh goresan senjata, dan mendapat ketenangan batin.



KESIMPUAN
Sumanto adalah seorang pria asal Purbalingga yang hidup dalam keadaan ekonomi yang rendah atau dapat dikatakan ia berada dalam kondisi kemiskinan. Kondisi inilah yang menyebabkan Sumanto rela melakukan apa saja untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak atau bahkan kekayaan yang berlimpah. Dari beberapa teori yang ada, semakin rendah tingkat ekonomi seseorang, semakin tinggi tingkat kecenderungan seseorang untuk melakukan perilaku yang menyimpang. Dalam aspek kehidupan ekonomi, Sumanto hidup dalam himpitan ekonomi yang sulit dan juga di sisi lain ia tidak memiliki pekerjaan sehingga mengakibatkan hilangnya harapan-harapannya dan dapat menjadi frustasi dan stres. Sehingga cukup besar kemungkinan Sumanto untuk mempercayai hal-hal yang menjanjikan kekayaan dengan jalan singkat tanpa harus bekerja.

Dalam kehidupan sehari-hari Sumanto sangat dekat dengan gurunya yang bernama Taslim yang sering mengajarkan Sumanto tentang hal-hal mistik yang dipercayai membawa berkah dan kesuksesan. Karena kedekatan Sumanto dengan gurunya itulah yang menyebabkan Sumanto dengan mudahnya menganut nilai-nilai dan norma yang dipegang oleh Taslim gurunya. Terlebih saat Taslim menawarkan jalan pintas kepada Sumanto untuk mendapatkan kekayaan dengan cepat, dan salah satu syarat untuk mencapai ilmu pesugihan tersebut adalah dengan memakan mayat.

Di sisi lain Sumanto adalah pria yang terkesan tertutup dan jarang mengikuti kegiatan kemasyarakatan seperti yasinan, atau tahlilan. Itu terbukti berdasarkan pengakuannya bahwa Sumanto tidak begitu terlibat dalam kegiatan sosial yang ada di masyarakat sehingga kontrol masyarakat terhadap perilaku Sumanto pun menjadi lemah. Seandainya Sumanto terlibat aktif dalam kegiatan sosial atau organisasi tertentu, maka organisasi tersebut akan menjadi alat kontrol baginya untuk mencegah perilaku menyimpang tersebut.

Dalam aspek keagamaan atau kepercayaan, Sumanto termasuk seseorang yang dalam kesehariannya memiliki pengetahuan agama yang dangkal, itu disebabkan karena kurangnya pendidikan agama yang diajarkan kedua orangtuanya semasa Sumanto kecil. Itu lah sebabnya Sumanto dengan mudahnya menerima nilai-nilai yang diajarkan oleh gurunya.

Perbuatan Sumanto tersebut yaitu mencuri mayat dan memakannya ia lakukan dalam keadaan sadar dan direncanakan tanpa ada beban moral. Perbuatannya tersebut juga dinilai sama sekali tidak mengindahkan norma agama dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat sehingga telah membuat resah masyarakat khususnya desa Majatengah kecamatan Kemangkon, Purbalinga, Jawa Tengah. Perilaku Sumanto yang menyalahi norma agama dan nilai-nilai dalam masyarakat tersebut juga dilatarbelakangi oleh tingkat pendidikan yang rendah, pemahaman agama yang salah, serta perhatian yang kurang dari kedua orang tuanya semasa kecil. Hal-hal itulah yang membawa pengaruh pada perkembangan mental dan kejiwaan sehingga Sumanto nekat mencuri dan memakan mayat.