PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang masalah
Kanibalisme merupakan sebuah fenomena di
mana satu makhluk hidup makan makhluk sejenis lainnya. Misalkan anjing yang memakan anjing atau manusia yang memakan manusia. Kadang-kadang
fenomena ini disebut anthropophagus (Bahasa Yunani anthrôpos, “manusia”
dan phagein, "makan"). Secara etimologis kata “kanibal” merupakan kata
pungutan dari Bahasa Belanda
yang pada gilirannya memungut dari Bahasa Spanyol; “canibal” yang berarti
orang dari Karibia. Di daerah ini oleh penjelajah
ditemukan fenomena ini.
Selain di Karibia, di Amerika hal ini pada zaman dahulu kala
banyak terjadi pula, misalnya di antara suku Anasazi,
Bangsa Maya dan Aztek.
Selain itu di Asia-Pasifik,
kanibalisme juga pernah ditemukan. Antara lain di antara suku Batak
di Sumatera Utara, suku Dayak di Kalimantan, suku Asmat di Papua,
beberapa suku lainnya di Papua Barat maupun Timur, Fiji
dan daerah Melanesia lainnya. Di Papua Nugini di antara suku Fore,
kanibalisme menimbulkan penyakit kuru.
Kasus-kasus di atas ini merupakan kasus
insidentil dengan kata lain, fenomena ini muncul karena mereka yang terlibat
kanibalisme kehabisan bahan makanan. Lain halnya dengan kematian putra jutawan Rockefeller
di Irian Barat atau Papua pada tahun 1965
di antara suku Asmat dan
kasus-kasus kelainan jiwa di seantero dunia
yang dibahas di bawah ini.
Ada beberapa petunjuk bahwa kanibalisme secara
ritual juga pernah muncul di pulau Jawa, Bali
dan Sulawesi. Jadi secara praktis hampir di
seluruh Indonesia.
Pada zaman modern, kanibalisme secara insidentil
pernah muncul di Amerika Serikat,
pada kasus Ekspedisi
Donner, Ukraina pada tahun 1930-an, di Leningrad pada Perang Dunia II dan di Andes
ketika ada kecelakaan pesawat terbang pada tahun 1972.
Kasus terakhir ini pernah dibuatkan film Alive
pada tahun 1992..
Di zaman modern, kanibalisme secara insidentil
pernah muncul di Amerika Serikat, pada kasus Ekspedisi Donner, Ukraina pada
tahun 1930-an, di Leningrad pada Perang Dunia II & di Andes ketika ada
kecelakaan pesawat terbang pada tahun 1972. Kasus terakhir ini pernah dibuatkan
film Alive pada tahun 1992.
Mungkin kita semua pernah mendengar berita
tentang seseorang yang memakan daging manusia atau biasa kita sebut sebagai
kanibal, salah satu yang pernah terjadi adalah kasus Sumanto
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
dari latar belakang tersebut di atas, maka yang menjadi pokok permasalahannya
adalah, Mengapa kasus kanibalisme bisa terjadi di salah satu daerah di
Indonesia dan bagaimana cara menganalisis kasus kanibalisme tersebut?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian dan penyusunan
skripsi ini adalah :
1. Agar pembaca dapat memahami apa itu Kanibalisme
2. Agar pembaca dapat lebih peka dan berhati-hati
dalam pergaulan dan lingkungannya.
Landasan teori
Pertama,
Disfungsi Psikologis dalam aspek Kognitif, Afektif dan Psikomotor. Menurut saya, Sumanto mengalami
disfungsi psikologis pada ketiga aspek tersebut. Aspek Kognisi, jika
dilihat dari sejarah hidupnya, Sumanto adalah pria yang tidak memiliki
pekerjaan meskipun ia berada di dalam himpitan ekonomi, ia tidak berusaha untuk
memiliki pekerjaan ataupun setidaknya untuk memperbaiki taraf hidupnya menjadi
lebih baik lagi. itu membuktikan bahwa Sumanto tidak mampu menjalankan
peran/fungsinya dalam kehidupan pada aspek kognitif.
Aspek
Afektif yaitu
terlihat dalam kehidupan sosial Sumanto yang cenderung tertutup dan jarang
mengikuti kegiatan kemasyarakatan. Selain itu himpitan ekonomi yang mendera
Sumanto membuatnya merasa frustasi dan tidak dapat mengontrol frustasinya
tersebut sehingga ia nekat mengikuti saran dari gurunya untuk mempelajari ilmu
pesugihan dengan cara memakan mayat tersebut untuk mendapatkan kekayaan secara
singkat. Fakta-fakta tersebut membuktikan bahwa Sumanto tidak dapat menjalankan
peran/fungsinya dalam kehidupan pada aspek afektif.
Aspek
psikomotor. Sumanto
adalah orang yang terkesan tertutup dan jarang mengikuti kegiatan kemasyarakatan.
Fakta tersebut dapat menggambarkan kehidupan Sumanto yang jarang bersosialisasi
dengan tetangga atau masyarakat sekitarnya. Ia lebih senang menutup dirinya dan
berguru kepada Taslim guru spiritualnya. Dan juga disfungsi psikologis
psikomotor terjadi pada saat sumanto dengan sadar menggali, mencuri dan memakan
mayat seorang nenek di desanya untuk mendapatkan ilmu pesugihan. Hal tersebut
membuktikan bahwa Sumanto tidak dapat menjalankan peran dan fungsinya dalam
kehidupan pada aspek sikomotor/konatif.
Yang kedua
adalah Distres, yang
menunjukkan keadaan merusak dirinya.
Distres yang
dialami Sumanto adalah ia dengan sadar dan tanpa beban moral melakukan
penyimpangan yaitu dengan kasus kanibalnya. Secara psikologis ia membiarkan
dirinya dipengaruhi oleh guru spiritualnya dan terjerumus ke dalam ilmu hitam
yang akan merusak moral di dalam dirinya dan masa depannya. Di dalam hukum di
Indonesia perbuatan pencurian mayat tersebut jelasnya dilarang sehingga Sumanto
akhirnya mendapat hukuman 5 tahun penjara.
Yang ketiga
adalah respon Atipikal.
Sudah jelas
bahwa Sumanto telah melakukan reaksi atau perbuatan yang sama sekali tidak
sesuai dengan keadaan sosiokultural yang berlaku di desanya. Perbuatannya
tersebut juga dinilai sama sekali tidak mengindahkan norma agama dan
nilai-nilai yang berlaku di masyarakat sehingga telah membuat resah
masyarakat khususnya desa Majatengah kecamatan Kemangkon, Purbalinga, Jawa
Tengah.
Jadi,
kesimpulan yang di dapat dari kasus ini adalah Sumanto termasuk dalam kategori
abnormal karena telah memenuhi seluruh syarat seseorang dapat dikatakan
memiliki gangguan abnormalitas.
Sumanto, begitulah laki-laki berumur 31 tahun lalu itu
dinamakan. Orang tuanya, Mulya Wikarta (67 tahun) dan Samen (60), tak pernah
‘bermimpi’ anaknya akan tumbuh menjadi seorang kanibal - yang memakan tubuh
tetangganya sendiri. Namun, pada Selasa (14/1) malam lalu, Wikarta justru
dikejutkan dengan ‘mimpi buruk’, ketika polisi membekuk Sumanto sebagai pencuri
mayat wanita tua, dan dinyatakan memakan daging mayat tersebut. Celakanya lagi,
karena tidak tahu sang ayah juga ikut makan bersama anaknya, setelah potongan
daging Mbah Rinah dibakar oleh Sumanto. .
Perburuan Sumanto terhadap mayat Mbah Rinah dimulai
sejak Sabtu (11/1) pukul 19 00 WIB. Saat itu ia mulai menggali kuburan Mbah
Rinah yang telah diamatinya sejak sore. Kain kafan pembungkus mayat Mbah Rinah
yang dimakamkan Sabtu siang itu, baru berhasil ia sentuh pada Minggu pukul dua
dini hari. Hal itu dikarenakan pembongkaran kuburan ia lakukan dengan tangan
kosong tanpa menggunakan alat bantu. Setelah mayat Mbah Rinah dikeluarkan dari
liang kubur, kain kafan yang membalutnya dilucuti dan ditinggalkan begitu saja.
Mayat kemudian dimasukkan ke dalam karung plastik lalu diangkut dengan sepeda
onthel menuju rumahnya yang berjarak sekitar 1,7 km.
Sesampainya di rumah, Sumanto memotong alat vital Mbah
Rinah dan membungkusnya dengan kain merah. Saat ia ditangkap Polisi menemukan
bungkusan kain merah itu di saku bajunya. Selanjutnya, ia memotong-motong mayat
seperti orang memotong daging ayam. Lantas dipotong-potong sebagian dibakar,
dimasak dengan kuali dan sebagian dimakan mentah-mentah.
Tak hanya itu, ternyata ini bukan pertama kalinya
Sumanto ‘menikmati’ daging manusia. Sumanto mengaku bahwa sebelumnya ia telah
memakan tiga tubuh manusia selain Mbah Rinah. Korban pertama yang ia makan
adalah seorang perampok yang semula akan membegalnya. Perampok itu sempat duel
dengan Sumanto. Ia berhasil membunuhnya dan kemudian memakan daging tubuhnya
mentah-mentah. Peristiwa kedua adalah korban kecelakaan kereta api. Ketika dia
berjalan di pinggir rel di sekitar daerah Rajabasah, ia menemukan potongan kaki
manusia. Seketika itu ia makan mentah-mentah. Kemudian kejadian ketiga adalah
seorang begal yang juga berhasil ia bunuh. Begal itu kemudian dimakan Sumanto
bersama temannya yang ia lupa namanya. Korban ketiga ini, kemudian ia ambil
penisnya dan dijadikan kalung.
TEORI
Mari kita
mulai menganalisis apakah yang terjadi pada Sumanto?
Pertama,
Disfungsi Psikologis dalam aspek Kognitif, Afektif dan Psikomotor. Menurut saya, Sumanto mengalami
disfungsi psikologis pada ketiga aspek tersebut. Aspek Kognisi, jika
dilihat dari sejarah hidupnya, Sumanto adalah pria yang tidak memiliki
pekerjaan meskipun ia berada di dalam himpitan ekonomi, ia tidak berusaha untuk
memiliki pekerjaan ataupun setidaknya untuk memperbaiki taraf hidupnya menjadi
lebih baik lagi. itu membuktikan bahwa Sumanto tidak mampu menjalankan
peran/fungsinya dalam kehidupan pada aspek kognitif.
Aspek
Afektif yaitu
terlihat dalam kehidupan sosial Sumanto yang cenderung tertutup dan jarang
mengikuti kegiatan kemasyarakatan. Selain itu himpitan ekonomi yang mendera
Sumanto membuatnya merasa frustasi dan tidak dapat mengontrol frustasinya
tersebut sehingga ia nekat mengikuti saran dari gurunya untuk mempelajari ilmu
pesugihan dengan cara memakan mayat tersebut untuk mendapatkan kekayaan secara
singkat. Fakta-fakta tersebut membuktikan bahwa Sumanto tidak dapat menjalankan
peran/fungsinya dalam kehidupan pada aspek afektif.
Aspek
psikomotor. Sumanto
adalah orang yang terkesan tertutup dan jarang mengikuti kegiatan kemasyarakatan.
Fakta tersebut dapat menggambarkan kehidupan Sumanto yang jarang bersosialisasi
dengan tetangga atau masyarakat sekitarnya. Ia lebih senang menutup dirinya dan
berguru kepada Taslim guru spiritualnya. Dan juga disfungsi psikologis
psikomotor terjadi pada saat sumanto dengan sadar menggali, mencuri dan memakan
mayat seorang nenek di desanya untuk mendapatkan ilmu pesugihan. Hal tersebut
membuktikan bahwa Sumanto tidak dapat menjalankan peran dan fungsinya dalam
kehidupan pada aspek sikomotor/konatif.
Yang kedua
adalah Distres, yang
menunjukkan keadaan merusak dirinya.
Distres yang
dialami Sumanto adalah ia dengan sadar dan tanpa beban moral melakukan
penyimpangan yaitu dengan kasus kanibalnya. Secara psikologis ia membiarkan
dirinya dipengaruhi oleh guru spiritualnya dan terjerumus ke dalam ilmu hitam
yang akan merusak moral di dalam dirinya dan masa depannya. Di dalam hukum di
Indonesia perbuatan pencurian mayat tersebut jelasnya dilarang sehingga Sumanto
akhirnya mendapat hukuman 5 tahun penjara.
Yang ketiga
adalah respon Atipikal.
Sudah jelas
bahwa Sumanto telah melakukan reaksi atau perbuatan yang sama sekali tidak
sesuai dengan keadaan sosiokultural yang berlaku di desanya. Perbuatannya
tersebut juga dinilai sama sekali tidak mengindahkan norma agama dan
nilai-nilai yang berlaku di masyarakat sehingga telah membuat resah
masyarakat khususnya desa Majatengah kecamatan Kemangkon, Purbalinga, Jawa
Tengah.
Jadi,kesimpulan
yang di dapat dari kasus ini adalah Sumanto termasuk dalam kategori abnormal karena
telah memenuhi seluruh syarat seseorang dapat dikatakan memiliki gangguan
abnormalitas.
Perilaku miring Sumanto diduga berawal dari pengalaman
Sumanto selama merantau ke Lampung. Saat di Lampung itu Sumanto bertemu dengan
searang guru spiritual yang bernama Taslim. Taslim mengajarkan bahwa memakan
mayat manusia dapat memberikannya kesaktian dan kekayaan. Kata Purnomo, waktu
ia berada di Lampung terjadi perubahan perilaku yang cukup signifikan.
"Artinya, pengalaman-pengalaman itu telah membuat Sumanto seperti telah
menemukan dunianya yang baru. Dia tidak lagi memperhatikan asas norma kelaziman
seperti makan daging mentah bahkan daging manusia. Ini kan tidak lazim, tapi
Sumanto dengan sadar melakukannya," kata Purnomo.


Entah apa yang Sumanto rasakan ketika ia mengunyah
daging korban-korbannya. Namun, paling sedikit, empat tubuh telah dilahapnya.
Dalam rapat desa, warga Desa Plumutan telah sepakat untuk mengusir si kanibal
dari desa. Tak hanya itu, mereka menuntut aparat untuk menghukum Sumanto dengan
hukuman seberat-beratnya. Paling tidak, saat ini warga desa dapat kembali tidur
dengan tenang.
Peristiwa tersebut mulai terkuak ketika berita
hilangnya mayat seorang nenek berusia 81 tahun yang belum sampai 24 jam dikubur
di kuburan Desa Mojotengah, Kemangkon, Purbalingga, Jawa Tengah. Warga setempat
geger karena kuburan Mbah Rinah sudah acak-acakan. Mereka lebih dibuat geger
lagi ternyata mayat Mbah Rinah sudah raib. Berita tersebut segera menyebar
sampai ke desa tetangga. Malahan ada yang membumbuinya dengan hal-hal yang
berbau mistis sehingga membuat warga desa ‘terteror.’ Kaum perempuan tak berani
tidur sendirian, para lelaki melakukan ronda sampai pagi. Ketegangan baru
berakhir saat polisi membekuk Sumanto di rumahnya sekitar lima kilo meter dari
makam Mbah Rinah. Sumanto rupanya teledor. Ia tak memperhitungkan ‘sisa’ mayat
yang ia tanam di depan rumahnya bakal menyebarkan bau busuk. Warga yang mencium
aroma tak sedap curiga, lalu melapor ke polisi.
Sumanto tak berkutik karena polisi menemukan potongan
tubuh dan tulang-tulang Mbah Rinah di rumahnya. Selain itu Polisi juga
mendapati tengkorak manusia, dua alat vital laki - laki dalam botol. Kepada
Polisi Sumanto mengaku dirinya sedang memperdalam ilmu di bawah bimbingan seorang
‘guru.’ Dengan memakan mayat badannya akan menjadi kebal, tak terluka oleh
goresan senjata, dan mendapat ketenangan batin.
KESIMPUAN
Sumanto
adalah seorang pria asal Purbalingga yang hidup dalam keadaan ekonomi yang
rendah atau dapat dikatakan ia berada dalam kondisi kemiskinan. Kondisi inilah
yang menyebabkan Sumanto rela melakukan apa saja untuk mendapatkan kehidupan
yang lebih layak atau bahkan kekayaan yang berlimpah. Dari beberapa teori yang
ada, semakin rendah tingkat ekonomi seseorang, semakin tinggi tingkat
kecenderungan seseorang untuk melakukan perilaku yang menyimpang. Dalam aspek
kehidupan ekonomi, Sumanto hidup dalam himpitan ekonomi yang sulit dan juga di
sisi lain ia tidak memiliki pekerjaan sehingga mengakibatkan hilangnya harapan-harapannya
dan dapat menjadi frustasi dan stres. Sehingga cukup besar kemungkinan Sumanto
untuk mempercayai hal-hal yang menjanjikan kekayaan dengan jalan singkat tanpa
harus bekerja.
Dalam
kehidupan sehari-hari Sumanto sangat dekat dengan gurunya yang bernama Taslim
yang sering mengajarkan Sumanto tentang hal-hal mistik yang dipercayai membawa
berkah dan kesuksesan. Karena kedekatan Sumanto dengan gurunya itulah yang
menyebabkan Sumanto dengan mudahnya menganut nilai-nilai dan norma yang
dipegang oleh Taslim gurunya. Terlebih saat Taslim menawarkan jalan pintas
kepada Sumanto untuk mendapatkan kekayaan dengan cepat, dan salah satu syarat
untuk mencapai ilmu pesugihan tersebut adalah dengan memakan mayat.
Di sisi lain
Sumanto adalah pria yang terkesan tertutup dan jarang mengikuti kegiatan
kemasyarakatan seperti yasinan, atau tahlilan. Itu terbukti berdasarkan
pengakuannya bahwa Sumanto tidak begitu terlibat dalam kegiatan sosial yang ada
di masyarakat sehingga kontrol masyarakat terhadap perilaku Sumanto pun menjadi
lemah. Seandainya Sumanto terlibat aktif dalam kegiatan sosial atau organisasi
tertentu, maka organisasi tersebut akan menjadi alat kontrol baginya untuk
mencegah perilaku menyimpang tersebut.
Dalam aspek
keagamaan atau kepercayaan, Sumanto termasuk seseorang yang dalam kesehariannya
memiliki pengetahuan agama yang dangkal, itu disebabkan karena kurangnya
pendidikan agama yang diajarkan kedua orangtuanya semasa Sumanto kecil. Itu lah
sebabnya Sumanto dengan mudahnya menerima nilai-nilai yang diajarkan oleh
gurunya.
Perbuatan
Sumanto tersebut yaitu mencuri mayat dan memakannya ia lakukan dalam keadaan
sadar dan direncanakan tanpa ada beban moral. Perbuatannya tersebut juga
dinilai sama sekali tidak mengindahkan norma agama dan nilai-nilai yang berlaku
di masyarakat sehingga telah membuat resah masyarakat khususnya desa Majatengah
kecamatan Kemangkon, Purbalinga, Jawa Tengah. Perilaku Sumanto yang
menyalahi norma agama dan nilai-nilai dalam masyarakat tersebut juga
dilatarbelakangi oleh tingkat pendidikan yang rendah, pemahaman agama yang
salah, serta perhatian yang kurang dari kedua orang tuanya semasa kecil.
Hal-hal itulah yang membawa pengaruh pada perkembangan mental dan kejiwaan
sehingga Sumanto nekat mencuri dan memakan mayat.
No comments:
Post a Comment